Para ilmuwan dari Stanford University menciptakan sebuah perangkat revolusioner yang dapat mendeteksi HIV dan Malaria biaya hanya 20 sen AS.
Alat yang cukup murah untuk ukuran deteksi HIV dan malaria, dapat digunakan sebagai alat alternatif dari alat sebelumnya yang sering digunakan di laboratorium dan mahal. Sebuah alat yang dapat mendeteksi HIV dan Malaria disebut "paperfuge".
Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan centrifuge, yang dapat memisahkan komponen darah untuk menentukan penyakit melalui darah tertentu, kecepatan rotasinya mencapai sekitar 125.000 putaran per menit (rpm). Perbedaannya adalah, menggunakan paperfuge, Anda hanya menghabiskan hingga 20 sen AS dan menggunakan tenaga manusia.
The bioengineer dari Stanford University yang menciptakan alat ini, Manu Prakash dan timnya mengambil inspirasi dari mainan anak-anak yang berputar. Mainan ini dibuat dengan membuat dua lubang, yang kemudian diteruskan oleh benang. Untuk mulai bermain dengan perangkat tersebut, pengguna memegang gagang mainan yang terhubung dengan benang untuk membuat alat ini bisa berputar sampai dengan kecepatan.
Meskipun kelihatannya seperti mainan biasa, prinsip-prinsip mekanik di balik mainan tersebut sama seperti cara pengoprasian alat centrifuge yang biasa digunakan di laboratorium. Paperfuge mampu melakukan pemisahan komponen darah secara efektif hanya dalam waktu 1,5 menit.
Menurut Manu, paperfuge yang ia ciptakan bersama timnya, adalah sebuah alat ciptaan manusia yang mampu berputar secara cepat dengan menggunakan tenaga manusia sendiri, dibanding alat lainnya yang juga menggunkan tenaga manusia. "Menurut sepengetahuan saya, paperfuge itu adalah objek berputar tercepat yang didorong oleh tenaga manusia," ucapnya.
Mendiagnosa penyakit melalui darah, mungkin memerlukan biaya besar dan kendala untuk pasien dan keluarga mereka. Proses ini rumit dan membutuhkan sumber daya seperti listrik, yang mungkin tidak selalu tersedia untuk semua tempat, khususnya di daerah pedesaan. Dengan penemuan paperfuge ini, penyakit umum seperti tuberkulosis, malaria bahkan HIV sekarang sangat memungkin didiagnosis dengan biaya yang sangat rendah dan tidak lagi harus mengandalkan sumber daya listrik.
Manu juga menjelaskan, tujuan ia dan tim penelitiannya untuk menciptakan alat ini adalah, untuk memungkinkan manusia melakukan diagnosis malaria bahkan HIV, meski mereka sedang berada di tempat yang tidak memungkinkan karena memiliki masalah keuangan, dan lokasi yang sulit dijangkau.
"Ada lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia yang tidak memiliki infrastruktur, tidak ada jalan, tidak ada listrik. Saya menyadari bahwa jika kita ingin memecahkan masalah kritis seperti diagnosis malaria serta HIV, kita perlu merancang sebuah centrifuge bertenaga manusia yang biayanya kurang dari secangkir kopi, dan oleh karena itu kita menciptakan paperfuge," kata Manu.
Komentar
Posting Komentar